Panduan Menulis Esai

Category : Tips

Menulis adalah keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Salah satu jenis karya tulis yang bisa dijadikan media komunikasi atau alat penyampaian pendapat yaitu esai. Esai termasuk ke dalam suatu karya tulis, selain paper dan artikel ilmiah. Oleh karena itu dibutuhkan panduan menulis esai terutama untuk meningkatkan kompetensi dalam hal menulis esai, terkait hal tersebut silahkan literasi tulisan berikut.

Saat masih berada dijenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas, siswa lebih mengenal esai sebagai suatu bentuk soal uraian dalam ujian atau tes. Sedangkan pada saat berada dijenjang perguruan tinggi, esai lebih dikenal sebagai suatu bentuk karya tulis. Untuk memahaminya berikut ini ada beberapa penjabaran mengenai pengertian esai. Secara bahasa, “essay” berasal dari bahasa Prancis, yang artinya mencoba atau berusaha.

Esai adalah suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subjek tertentu yang dicoba untuk dinilainya (Dalman, 2011). Pengertian tersebut mengarah pada isi bahasan esai, yang mana esai membahas tentang suatu subjek atau pun masalah. Lain halnya dengan Wijayanti yang menghimpun pendapat dari guru dan siswa tentang esai. Pendapat siswa dan guru mengenai esai memiliki kesamaan. Diantaranya:

  1. Pertama, esai adalah karangan atau bentuk tulisan (artinya lebih dari satu paragraf).
  2. Kedua, esai bertutur tentang kejadian yang diketahui/dipahami tentang sesuatu yang terjadi di masyarakat atau lingkungan (dengan demikian, mengandung fakta atau pengalaman).
  3. Ketiga, esai berisi pendapat/pandangan penulis tentang hal yang dibicarakan (artinya memuat argumentasi dan bersifat subjektif) (Wijayanti dkk. 2012).

Lebih lanjut, esai secara mudahnya boleh dipandang sebagai suatu usaha untuk melahirkan pandangan mengenai suatu topik dengan bentuk yang pendek serta dengan cara penuturan yang sebaik-baiknya, yang terpenting dalam
esai bukan apa yang dibicarakan, melainkan bagaimana cara membicarakannya (Widyamartaya dkk. 2004).

Struktur Essay

Terdapat struktur dalam esai, untuk membantu dalam penulisan dan fokus tulisan yang ingin dikomunikasikan. Sama seperti karangan lain seperti prosa, pantun, cerpen, esai pun memiliki struktur. Struktur esai yang baik dalam Bahasa Indonesia dibagi menjadi 3 yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Beberapa ahli juga memiliki pendapat yang sama tentang struktur esai, mereka juga membaginya ke dalam tiga bagian yang terdiri atas, paragraf pendahuluan (yang diakhiri dengan kalimat tesis), paragraf isi, dan paragraf penutup (Wijayanti dkk. 2012).

  1. Pendahuluan
    Di dalam pendahuluan, kita dapat mengungkapkan tema yang akan dibahas dalam keseluruhan esai. Unsur di dalam pendahuluan ialah latar belakang dan opini pribadi penulis tentang tema yang akan dibahas secara lebih jelas dan detail pada bagian selanjutnya.
  2. Isi/Pembahasan
    Isi atau pembahasan ialah bagian dari esai yang menjelaskan tema tulisan secara lebih detail. Di dalam isi, penulis menjelaskan pendapatnya secara kronologis atau berstruktur , data atau fakta bertujuan supaya pembaca lebih yakin dengan apa yang disampaikan penulis dalam bagian ini.
  3. Kesimpulan/Penutup
    Kesimpulan ialah bagian terakhir dalam struktur esai. dan Bagian ini berisi kalimat yang menyimpulkan tentang apa yang sudah disampaikan di pendahuluan dan pembahasan.

Ketika hendak menulis esai, satu hal yang perlu diperhatikan pertama adalah menentukan topik. Esai yang baik adalah esai yang memiliki topik khusus. Agar menarik pembaca, pilihlah topik esai yang menarik. Topik yang menarik adalah topik dengan tema khusus yang memiliki kekhasan tersendiri atau memiliki karakter kuat yang ada pada penulisnya. Disini kompetensi dalam menulis diperlukan sekali untuk menarik pembaca menjadi terbangkitkan minat bacanya terhadap esai yang dibuat

Agar mencapai hasil yang memuaskan dalam menulis esai, berikut ini sedikit panduan untuk pembahasan lebih mendalam tentang struktur esai.

  • Pertama, paragraf pengantar atau pendahuluan.
    Paragraf ini perlu dibuka dengan semenarik mungkin, selain menarik paragraf ini juga memberi latar belakang informasi singkat mengenai topik yang akan dibicarakan dalam esai. Paragraf ini terdiri atas dua bagian, yaitu beberapa kalimat / pernyataan umum dan sebuah kalimat tesis, tempat ide pokok esai berada.
  • Kedua yaitu paragraf isi.
    Paragraf isi dapat hanya terdiri atas satu pargraf seperti halnya paragraf pendahuluan. Dapat pula lebih panjang daripada paragraf pendahuluan karena di dalam paragraf inilah penulis secara perinci membahas topik atau subtopik-subtopik yang sudah dinyatakan di dalam kalimat tesis.
    Beberapa teknik pengembangan paragraf isi, diantaranya: memberikan contoh atau ilustrasi tentang apa yang dibicarakan; menguraikan secara kronologis suatu kejadian; menceritakan anekdot yang berkaitan dengan apa yang dibicarakan; mendefinisikan istilah yang berhubungan dengan apa yang dibicarakan; membandingkan atau mengontraskan apa yang sedang dibicarakan; menganalisis atau mencari sebab-musabab dari sesuatu yang dibicarakan; menguraikan akibat-akibat atau konsekuensi-konsekuensi dari sesuatu yang dibicarakan; menerangkan bagaimana cara kerja atau fungsi sesuatu yang dibicarakan; melukiskan fisik atau watak orang, tempat, barang, atau tindakan yang dibicarakan; kombinasi beberapa teknik di atas.
  • Ketiga, yaitu paragraf penutup.
    Untuk menandai bahwa pembaca sudah sampai pada akhir esai, diperlukan “pengait” berupa kata transisi, seperti simpulannya, singkatnya, akhirnya, dsb (Wijayanti dkk. 2013)

Tujuan Menulis Esai

Selain berbicara, menulis termasuk ke dalam aktivitas bahasa yang produktif. Secara singkat bahasa produktif dapat diartikan sebagai kegiatan dalam berbahasa untuk menyampaikan informasi ataupun gagasan, baik itu secara lisan maupun tertulis.

Aktivitas bahasa produktif mengacu pada aktivitas penulis atau pembicara untuk menyampaikan ide, pemikiran, perasaan, dan pesan informasi. Pembicara yang disebut menjadi penanda bahwa hal tersebut berkaitan dengan kegiatan berbicara sama halnya seperti penulis yang menyampaikan dalam tulisan dalam hal ini melalui esai.

Dikutip dari Darmuki dkk. (2017):

“Productive language activity refers to speaker’s activity to convey ideas, thoughts, feeling, and information messages”

Menulis dalam bahasa sendiri adalah suatu tantangan proses, ketika sampai pada penulisan bahasa kedua (misal bahasa Inggris), maka prosesnya dianggap lebih menantang. Disinilah perlunya fokus akan tujuan kita menulis suatu esai.

Tentunya dalam menulis kita harus mengetahui tujuan, untuk apa kita menulis?

Seorang penulis perlu memahami tujuan, agar dapat meningkatkan motivasi diri dalam menulis. Dikarenakan tujuan adalah sebuah arah, jika seorang penulis sudah mengetahui tujuan apa yang akan diambil untuk karyanya maka penulis tersebut akan lebih terarah dan termotivasi untuk dapat membuat karya yang sesuai dan bagus.

Menurut Rosidi (2009) menulis memiliki beberapa tujuan, diantaranya: memberitahukan atau menjelaskan, meyakinkan atau mendesak, menceritakan sesuatu, mempengaruhi pembaca, menggambarkan sesuatu. Memberitahukan atau menjelaskan sesuatu, dimana dengan mengenali tujuan-tujuan tersebut, maka akan dapat membantu dalam pengembangan tulisan.

Permasalahan dalam Menulis Esai

Permasalahan membuat siapapun terkendala dalam pekerjaannya dan terkadang sulit untuk menemukan solusinya. Begitu pula dalam kegiatan menulis esai terdapat beberapa permasalahan yang seringkali ditemukan saat menulis esai, hal tersebut diantaranya dikutip dari (Kuswandari, 2018):

  • kesulitan menemukan ide,
  • kurangnya pengetahuan tentang dasar penulisan karya ilmiah,
  • kesulitan menuangkan gagasan,
  • kesalahan berbahasa.

Perlu kita ketahui bahwa pembelajaran bahasa memiliki fungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kompetensi kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa, dan untuk memperluas wawasan (Cahyaningrum dkk. 2018).

Terakhir, sebagai bahan renungan, bahwa semakin sering seseorang menulis esai, maka akan semakin mudah pembaca dalam mengenali gaya menulisnya. Sebagai contoh, kita akan mudah mengenali esai karangan Emha Ainun Nadjib, Jakob Sumardjo, Goenawan Mohamad, Ajip Rosidi, A.S. Laksana, Muhidin M. Dahlan, dan lain-lain yang masing-masing memiliki ciri khas dan “brand” sendiri (Indriyana dkk. 2015). Hal ini yang menjadi nilai lebih bagi penulis dan karyanya, yang membedakan dengan penulis lainnya.

Keywords : , , , , , , ,